Home Sejarah Tidung Lirik Lagu Tidung Diskusi Wiro Sableng Bahasa Tidung Obral Plus Delapan Agustus Belajar buat website


Jumat, 12 Juni 2009

Cerita Rakyat Tidung (Seritan Ibenayuk)

Kalau sebelum saya memuat cerita dalam bahasa Tidung, kini saya coba mengartikannya ke dalam Bahasa Indonesia agar bisa dimengerti oleh seluruh pengunjung blog. Jika anda menemukan hal-hal aneh dalam artikel berikut silahkan anda tinggalkan pesan di kotak yang telah disediakan

Tidak tahu mati
1. Cerita si Ibenayuk di kampung Menjelutung
2. Menurut cerita orang tua-tua dahulu ada orang dua beradik, lelaki satu, perempuan satu.
3. Yang kakak berkampung di hulu, jadi Raja.
4. Adiknya yang bernama Ibenayuk berkampung di hilir, jadi Raja.
5. Jadi sebutan orang kepadanya Ibenayuk.
6. Jadi cerita ini sebelum (belum ada) Agama Islam.
7. Adatnya. Adat mereka pula, apabila ada orang mati begitulah mereka beramai-ramai memukul gong, ada orang menari, ada orang menangis, macam-macamlah saja yang di buat mereka.
8. Tandanya berkeluarga. Tiap-tiap kampung (yang) satu itu (ada) kematian (mereka) mengadakan keramaian orang kampung satu ini.
9. Berjalanlah mereka itu membantu. Begitulah adat mereka. Tidak tahu mati.
10. Orang kampung Ibenayuk ini sebabnya tidak tahu mati, ceritanya ada pohon yang bernama pohon Tenggilang. Pohon ini jika ada orang sakit di bawalah di bawah pohon itu, baiklah sakitnya itu. Begitu juga orang (yang) sudah tua. Pergilah dia duduk di bawah pohon itu. Muda dia kembali. Begitulah Ceritnya.
11. Runtuhnya kampung Ibenayuk. Sewaktu lakinya pergi mudik ke hulu Melinaw, itulah Ibenayuk pergi membantu di kampung kakaknya di hulu mengadakan keramaian sebabnya ada orang mati di kampung kakaknya itu.
12. Sesudahnya mereka mengadakan keramaian itulah mereka minta izin pulang ke kampungnya di hilir. ada sudah merka di kampungnya sendiri. itulah Ibenayuk memerintahkan orang kampungnya memancing ikan hiu.
13. Pergilah orang (kampung)nya memancing. Dapat dia ikan hiu besar. Dibawanya pulang ke tempat Ibenayuk.
14. Ada sudah ikan hiu. Dipetikan merekalah seperti peti mati orang mati. Selesai sudah peti itu di buat mereka. Mulailah mereka mengadakan keramaian. Pagi-pagi mereka mulai, sore datanglah (angin) ribut serta hujanlah. Tidak lama runtuhlah kampung Ibenayuk ke dalam laut. Jadi semua orang kampung itu ada orang lari ke darat ceritanya jadi batu.
15. Jadi ada ceritanya lagi. Runtuhlah kampung itu menuju ke dalam air.
16. Topi Ibenayuk ada lagi di atas air berputar-putar serta berdendang. Tidak lama kembalilah lakinya dari hulu Melinaw. Datang dia di Menjelutung. Begitu melihat kampung istrinya runtuh. Berkayuh dia ke laut, terus dia bertemu topi bertemu topi berputar-putar serta berdendan. Itulah suaminya terjun terus ikut istrinya ke dalam air. itulah ceritanya.
17. Sebab diketahui ceritanya. sebab diketahui cerita Ibenayuk ini, sebab anak buah perahu lakinya tak semua ikut terjun. Kembali mereka separoh ke kampung kakak Ibenayuk di hulu memberi tahu. Baru kakaknya tahu adiknya runtuh kampungnya itu ke dalam air.

Diceritakan oleh : Haris Fadilah
Sumber : Struktur Bahasa Tidung
Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta 1981

0 Comments:

 
Template by : uniQue template  |  Modified by : Takapana Blog